99% Benda di Dunia ini Adalah Ciptaan Tuhan dan sisanya buatan China!
Barang-barang di dunia sudah sesak dijejali produk China, hampir seluruh
barang yang kita lihat sekarang bertuliskan “made in china”, seakan 99%
benda di dunia ini adalah ciptaan Tuhan dan sisanya adalah buatan
China. pasalnya dua tahun yang lalu, China dinyatakan telah berhasil
sebagai eksportir terbesar di dunia. Sebelumnya, Negeri Panda itu sudah
berstatus sebagai produsen terbesar otomotif dan baja. Ini memperkuat
pandangan bahwa tengah terjadi pergeseran kekuatan ekonomi dari Barat ke
Timur, dan memperkuat China sebagai negara pengimpor produk selain
manusianya.
Tak dapat kita elakan lagi bahwa China berkembang pesat setelah
terkungkung lama dalam sistem kolonialisme dan komunis, kebangkitan
kembali China di kancah internasional menjadi fakta tak terbantahkan.
Hasil survei Haris Poll menunjukkan, mayoritas responden di Eropa
mempersepsikan China sebagai ”ancaman terbesar” bagi stabilitas global.
Di Amerika Serikat, 31 persen responden memandang China sebagai ancaman
terbesar dunia, melebihi Iran dan Korea Utara yang sempat ”dicap”
Presiden Bush sebagai bagian Axis of Evil (Financial Times, 16/4).
Kerena China sudah menjadi “The Real Dragon” yang siap memangsa siapapun
dan menjadikan dirinya penguasa perekonomian dunia.
Dibalik Kebangkitan China
Dengan strategi peaceful rise yang dicanangkan Hu Jintao, para pemimpin
China berupaya meyakinkan, ”kebangkitan China” akan memperkokoh
stabilitas dan perdamaian dunia. Ini dibuktikan sejak tahun 2000 China
aktif dalam misi perdamaian internasional di Timor Timur,
Etiopia-Eritrea, Afganistan, Kosovo, dan Lebanon.
Di bidang ekonomi, masuknya China ke WTO (2001) serta kepemimpinan China
(dan India) dalam KTM WTO di Geneva (2008) mempertegas profil
internasional China. Di Afrika, internasionalisasi China ditandai dengan
penyelenggaraan Forum on China-Africa Cooperation (2006), di mana China
memberi komitmen bantuan ”tanpa syarat” sebesar 5 miliar dollar AS
kepada para kepala negara Afrika.
Di ASEAN, citra positif China mulai mengemuka semasa Krisis Asia setelah
China konsisten tidak mendevaluasi mata uangnya dan membantu empat
miliar dollar AS melalui IMF dan jalur bilateral. Survei Kementerian
Luar Negeri Jepang di enam negara ASEAN (2008) menghasilkan kesimpulan,
pengaruh China di Asia Tenggara telah melampaui Jepang.
Di bidang keamanan, China meninggalkan pendekatan koersif dalam sengketa
wilayah di Laut China Selatan dengan menandatangani Declaration on the
Conduct of Parties in the South China Sea (2002), yang diikuti
penandatanganan ASEAN’s Treaty of Amity and Cooperation (2003). Di Asia
Timur Laut, China aktif membujuk pemerintahan Pyong Yang agar bersikap
kooperatif dalam isu nuklir melalui Six Party Talks. Persaingan panas
China-Jepang 2001-2006, akhirnya ”dimenangi” China, dengan melunaknya
sikap pemimpin Jepang pasca-Koizumi.
Namun dibalik Itu semua, kondisi HAM di China sungguh sangat
memprihatinkan, pengekangan dan penindasan dalam beragama, berpolitik
dan upah buruh yang rendah sudah menjadi hal yang lumrah. Sehingga tak
terelakan kemajuan China adalah hasil dari pemerasan keringat dan darah
“kaum tertindas” yang salah satunya adalah Buruh.
Bahkan sudah menjadi hal yang wajar pula jika banyak masyarakat China,
ingin segera mengakhiri hidupnya dengan cara membakar diri, lompat dari
gedung tinggi, atau gantung diri.
Kerja lembur berlebihan tanpa hari libur dalam seminggu, tinggal
berjejal dalam asrama yang penuh sesak, serta berdiri terlalu lama
sehingga kaki bengkak dan nyaris tidak bisa berjalan setelah kerja shift
selama 24 jam. Itulah kehidupan sejumlah buruh yang mengaku bahwa
mereka berkerja di pusat-pusat pabrik Apple di China.
Perusahaan-perusahaan pemasok Apple itu juga diduga membuang limbah
berbahaya secara serampangan dan punya rekor yang tidak bagus.
Hampir 140 pekerja cedera di sebuah perusahaan pemasok di China dua
tahun lalu karena menggunakan bahan kimia beracun untuk membersihkan
layar iPhone, sementara dua ledakan tahun lalu menewaskan empat orang
dan melukai lebih dari 75 orang lainnya. Dan Pada 2010 saja, dunia
sempat dihebohkan oleh kasus bunuh diri karyawan pabrik suplier Apple,
sehingga membuat opini bahwa perusahaan tidak memperhatikan masalah
tersebut.
Setelah mendapat banyak kritik karena tidak menyediakan lingkungan kerja
kondusif untuk para buruh yang mempopulerkan iPad dan iPhone tersebut,
Apple memberitahukan kepada supplier mereka untuk membuka pintu
selebar-lebarnya bagi para kelompok hak-hak buruh untuk mengawasinya.
Dan faktanya sebuah audit internal tahunan yang dilakukan menunjukkan
bahwa 38% dari supplier Apple memberlakukan 60 jam kerja dalam sepekan
dan satu hari per pekan. Di laporan yang bernama Supplier Responsibility
Report 2012 tersebut, Apple mengatakan bahwa mereka telah menemukan
sedikit pelanggaran pada 2011 ketimbang 2010, berdasarkan pada 229 audit
yang dilakukan tahun lalu.
Hal ini cukup aneh, mengingat pada 2007 hingga 2010, Apple mendapat 288
audit. Laporan tersebut mencangkup beberapa wilayah, mulai dari rantai
suplai, komponen, hingga perakitan.
Sebenarnya sangat disayangkan pada saat kita menikmati barang-barang
yang botabene barang yang murah dan pas untuk kocek kita makan secara
tidak langsung, kita telah menguatkan penindasan China terhadap
rakyatnya. Bagaimanakah sikap kita dalam melihat fakta yang menyayat
hati nurani kita? Apakah kita hanya diam saja. TANYA KENAPa!!